Premiasuransi biasanya memiliki tarif yang berbeda-beda dalam menentukan harga kepada calon pelanggannya. Perusahaan asuransi biasanya memiliki perhitungan dasar, kemudian berdasarkan pada informasi pribadi kamu, lokasi, dan informasi lain yang ditentukan perusahaan.. Kamu akan mendapat diskon yang ditambahkan ke premi dasar, untuk mendapatkan tarif yang disukai, atau premi asuransi yang
JAKARTA – Beberapa tahun belakangan ini, industri asuransi Indonesia sering dirundung masalah. Bahkan, sejumlah perusahaan asuransi diantaranya telah dicabut izinnya oleh Otoritas Jasa Keuangan OJK. Adapun yang lain masih terus bergelut dengan kondisi seperti itu, nasabah pemegang polis tercundangi, tidak mendapatkan dana yang ditempatkan di perusahaan asuransi itu. Terlebih Lembaga Penjamin Polis LPP yang diamanatkan Undang-Undang Perasuransian Tahun 2014, suatu lembaga mirip Lembaga Penjamin Simpanan LPS yang diperuntukan bagi industri perbankan, masih juga belum terbentuk di republik terlepas dari permasalahan yang membelit perusahaan asuransi kita, salah satu isu yang mulai berkembang di level global adalah apakah permasalahan distress yang melanda perusahaan asuransi dapat memicu timbulnya atau memperburuk amplify risiko sistemik, sehingga berujung pada instabilitas sistem keuangan?Isu itu mulai mengemuka seiring terjadinya krisis keuangan global 2008-2009. Sebabnya, di periode awal krisis itu, salah satu perusahaan yang diselamatkan bail out pemerintah Amerika Serikat AS justru adalah perusahaan asuransi, yakni American International Group AIG yang merupakan salah satu perusahaan asuransi terbesar di AS. Keputusan itu diambil karena AIG dianggap sistemik systemically important yang apabila gagal dapat menyebabkan instabilitas sistem keuangan dan berdampak pada terganggunya kegiatan perusahaan asuransi tersebut tentu membalikkan argumen selama ini bahwa institusi keuangan yang menimbulkan risiko sistemik dan mengganggu stabilitas sistem keuangan hanyalah sektor perbankan. Ternyata sektor asuransi pun bisa berlaku demikian. Bahkan, studi empiris Weiß dan Mühlnickel 2014 dan Bernal et. al 2014 memperlihatkan risiko sistemik yang ditimbulkan sektor asuransi lebih besar ketimbang perbankan. Lalu, mengapa bisa begitu?Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa industri asuransi berkontribusi terhadap risiko sistemik. Pertama, adanya perubahan perilaku behavior dari perusahaan asuransi. Saat ini, perusahaan asuransi mulai banyak melakukan kegiatan di luar kegiatan tradisionalnya non-core and non-insurance activities. Kegiatan itu umumnya berisiko tinggi seperti credit derivatives dan financial guarantees. Perusahaan asuransi global seperti AIG, Hartford Financial Services Group HSFG atau Lincoln National banyak menawarkan produk asuransi yang diiringi investasi yang memberikan jaminan return financial guarantees.Tidak hanya itu, AIG juga diketahui sebagai penerbit Credit Default Swap CDS atas surat utang korporasi. Dan peran AIG inilah yang kemudian menyeretnya ke lubang krisis. Ini dikarenakan banyaknya klaim dari pembeli CDS akibat surat utang yang dijadikan underlying mengalami default, imbas dari perilaku itu juga membuat komposisi aset investasi mereka selain makin berisiko juga makin seragam common exposures. Akibatnya, aset mereka menjadi terekspos volatilitas pasar common shocks dan semakin rentan terhadap perubahan variabel ekonomi makro. Mereka berpotensi mendapatkan kerugian yang besar bila terjadi gejolak di pasar perusahaan asuransi memiliki keterkaitan interconnectedness yang erat, baik dengan sektor keuangan maupun korporasi. Hal ini tidak lepas dari peran perusahaan asuransi yang krusial bagi kegiatan ekonomi, yakni sebagai penyedia produk proteksi asuransi terhadap risiko keuangan dan kegiatan ekonomi, dan sebagai sumber pendanaan bagi korporasi yang menerbitkan surat utang dan saham. Sebagai penyedia produk proteksi, misalnya asuransi kebakaran dan jiwa. Kedua jenis asuransi ini sangat dibutuhkan perbankan dalam memberikan kredit KPR kepada masyarakat karena dapat memitigasi risiko kredit risk management product. Bila perusahaan asuransi bermasalah dan mereka dominan di industri maka tentu berimbas pada penyediaan produk itu, dan penyaluran kredit KPR perbankan akan terpengaruh. Hubungan positif antara pasokan produk asuransi dan kredit ditunjukkan oleh studi empiris Garmaise dan Moskowitz 2009.Sementara itu, sebagai sumber pendanaan bagi korporasi tidak lepas dari peran perusahaan asuransi itu sebagai investor institusional. Dengan kepemilikan dana yang melimpah, mereka mempunyai kemampuan yang besar pula dalam menginvestasikan dananya dalam surat berharga yang diterbitkan korporasi. Sebagai contoh di AS, asuransi jiwa merupakan salah satu investor institusional terbesar di pasar modal dan sumber pendanaan penting bagi ekonomi begitu, penguasaan yang besar atas surat utang dan saham inilah yang kemudian perlu diwaspadai otoritas, terutama dalam periode krisis. Sebabnya, di kondisi itu nilai surat berharga akan cenderung menurun, sehingga untuk menghindari loss yang semakin besar dan memenuhi kebutuhan likuiditas, perusahaan asuransi akan menjual surat utangnya secara masif fire sales yang pada gilirannya dapat mengakibatkan harga semakin menurun. Efek menularnya contagion akan mengeskalasi krisis menjadi ukuran size perusahaan asuransi yang makin membesar. Hal ini mengakibatkan semakin besar pula kemampuan perusahaan asuransi untuk menyediakan produk dan menginvetasikan dananya di pasar makin besar pula ketergantungan atau tingkat interkoneksinya dalam pasar keuangan Besarnya aset itulah yang menjelaskan mengapa kontribusi sektor asuransi terhadap risiko sistemik di AS lebih besar ketimbang di too big to fail TBTF juga berlaku untuk industri makin berperannya sektor asuransi dalam menimbulkan risiko sistemik, akhirnya telah mendorong Financial Stability Board dan The International Association of Insurance Supervisors memutuskan dan mempublikasikan sejumlah perusahaan asuransi yang tergolong sistemik atau Global Systemically Important Insurers G-SIIs. Tidak hanya itu, pendekatan yang diperlukan tidak lagi cukup dengan pendekatan mikroprudensial tetapi perlu dikomplemen dengan ini berarti bahwa surveilans tidak hanya fokus pada perusahaan asuransi secara individu tetapi juga perilaku industri asuransi secara keseluruhan serta interkoneksinya dengan sistem keuangan. Penguatan resiliensi atau daya tahan industri asuransi terhadap berbagai gejolak pun harus dijaga secara instrumen makroprudensial dapat pula diterapkan pada industri asuransi, sebagaimana yang diperuntukkan industri perbankan, seperti countercyclical capital buffer dan limitasi pada kegiatan atau produk-produk itu, asesmen melalui metode stress test perlu dilakukan secara regular. Ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai resiliensi industri asuransi terhadap potensi kerentanan ataupun gejolak yang terjadi. Dan yang tak kalah pentingnya adalah koordinasi dan sinergi antar otoritas yang terus diperkuat agar kestabilan sistem keuangan tetap terjaga.* Artikel dimuat di koran cetak Bisnis Indonesia edisi Selasa 19/2/2019 Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini asuransi Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam
Industriasuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Salah satu yang membedakan adalah dalam hal menentukan tarif. Pada saat menentukan tarif, sebaiknya harus memperhatikan beberapa faktor-faktor agar diperoleh tarif ideal. a. Jelaskan perbedaan tersebut. b. Jelaskan unsur-unsur apa saja agar dapat menetapkan tarif
Ditunjang jumlah penduduk yang besar dan penetrasi yang belum optimal, industri asuransi di dalam negeri diyakini masih memiliki prospek yang di sisi lain, dinamika ekonomi global yang berimbas pada perekonomian nasional, perkembangan teknologi digital, menimbulkan tantangan bagi seluruh sektor, tak terkecuali asuransi. Bagaimana outlook industri ini di tahun 2020? Apa peluang dan tantangan yang menyertainya? Berikut wawancara SINDOnews dengan Direktur AXA Mandiri Cecil Mundisugih. Bagaimana pandangan Anda mengenai kondisi ekonomi secara keseluruhan di 2020?Perekonomian Indonesia di tahun 2020 diprediksi akan melambat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, proyeksi ekonomi 2020 yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 61/2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020 ditetapkan masih tumbuh sekitar 5,5%. Hal ini lebih baik bila dibandingkan dengan pertumbuhan negara-negara lainnya. Oleh karena itu, Indonesia masih menjadi tujuan investasi favorit bagi negara Luar Negeri Indonesia meningkat10,3% yoy dengan struktur yang tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio utang Indonesia terhadap PDB pada triwulan III/2019 yang masih sehat di level 36,3%.Bagaimana dengan pengaruh eksternal atau dinamika ekonomi global?Di era globalisasi seperti saat ini, kita pasti akan dipengaruhi pula oleh kondisi global. Ketegangan atas perang dagang AS dan Tiongkok akan masih mendominasi situasi geopolitik di tahun 2020. Perubahan ekonomi ini juga akan berdampak terhadap industri asuransi, dimana ketidakpastian global menyebabkan volatilitas pada nilai investasi unitlink pada mengenai asuransi, menurut Anda seperti apa prospeknya tahun ini?Selain mendapat pengaruh dari kondisi ekonomi, industri asuransi juga memiliki kaitan yang erat dengan kondisi industri layanan kesehatan. Saat ini tercatat 81,1% penduduk Indonesia sudah menjadi peserta BPJS. Artinya kesadaran masyarakat akan manfaat perlindungan kesehatan sudah cukup baik. Hal ini menjadi peluang bagi industri asuransi untuk memberikan layanan kesehatan tambahan atau bahkan lebih baik bagi masyarakat Indonesia yang semakin sadar pentingnya menyiapkan proteksi terhadap diri dan bagi dengan apa yang disampaikan oleh AAJI pada acara "Insurance Market Leader Award 2019 & Insurance Outlook 2020" lalu, kami juga optimis kalau industri Asuransi Jiwa akan terus tumbuh di tahun 2020. Jumlah penduduk Indonesia yang besar, disebut menjadi alasan utama potensi pertumbuhan industri, serta didukung oleh perkembangan teknologi digital dan meleknya generasi milenial akan perlunya dengan perkembangan teknologi digital yang kian masif, apa pengaruhnya pada industri asuransi?Perkembangan teknologi digital yang kian masif menjadi peluang baru bagi banyak hal, termasuk industri asuransi. Berbagai hal yang berhubungan dengan teknologi akan mudah didapatkan. Akses internet yang semakin baik di berbagai daerah, serta akses informasi yang semakin terbuka lebar turut membantu perkembangan industri asuransi. Artinya, asuransi akan memanfaatkan momentum ini untuk menjangkau nasabah lebih banyak bagaimana dengan strategi AXA Mandiri menghadapi masifnya perkembangan teknologi saat ini?Digitalisasi selalu menjadi bagian dari agenda Bank Mandiri dan AXA. Untuk AXA Mandiri sendiri, kami melakukan investasi untuk pengembangan digital secara end to end, mulai dari layanan kepada nasabah, hingga kegiatan karyawan back advisor yang ada di cabang-cabang Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri di seluruh Indonesia juga sudah dilengkapi dengan digital tools. Yang tak kalah pentingnya AXA Mandiri juga tengah berinvesatasi pada data analisis untuk mengembangkan bisnis. Hal ini dilakukan karena kami memahami betul bahwa masa depan adalah mengenai data. Kita harus bisa mengoptimalkan data yang ada untuk bisa mengenal nasabah kita lebih baik Mandiri selalu berusaha mengerti nasabah kami secara menyeluruh, mulai dari produk yang mereka miliki, sejarah klaim, transaksi, dan lain-lain. Kami menyatukan semua data yang ada, lalu melakukan analisis dan memperkayanya dengan pengetahuan dari sisi bisnis. Dengan demikian, kami dapat menyediakan solusi, serta layanan yang mereka butuhkan secara ini semua sektor menyasar kaum milenial sebagai pasar potensial, bagaimana dengan AXA Mandiri?Jika kita lihat dari definisi generasi milennial, misalnya dari open sources, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 atau mereka berusia 23-38 tahun. Artinya mereka berada di usia produktif yang akan atau sedang mengalami berbagai hal luar biasa dalam perjalanan hidup mereka. Sebut saja, mendapatkan pekerjaan pertama, menikah, mendapatkan anak pertama, memiliki KPR pertama, dan senior milenial mungkin juga sudah menduduki posisi penting di pekerjaan milennial ini memiliki berbagai macam hal yang sangat berharga dalam fase hidup mereka saat ini. Jadi sangat wajar bagi mereka untuk melindungi aspek penting seperti keluarga, gaya hidup, maupun masa depan mereka. Asuransi dapat menjadi solusi untuk memberikan perlindungan yang mereka butuhkan dan di saat yang sama merencanakan masa depan yang lebih ini AXA Mandiri memiliki 39% nasabah yang tergolong generasi milenial. Oleh karena itu, kami tidak hanya akan fokus untuk menyasar milenial, tetapi juga akan menjaga mereka sebagai komitmen AXA Mandiri untuk meningkatkan kinerja di 2020?AXA Mandiri akan terus fokus untuk menyediakan solusi proteksi dan kesehatan, karena disitulah peran penting asuransi, yaitu untuk memberikan manfaat perlindungan. AXA Mandiri akan terus melakukan inovasi produk dan layanan di berbagai lini informasi, sepanjang tahun 2019 AXA Mandiri telah meluncurkan berbagai macam solusi perlindungan asuransi, khususnya untuk solusi perlindungan kesehatan, perlindungan penyakit kritis, perlindungan untuk penyakit kanker tahap awal, hingga cardiac. Dengan berbagai inisiatif tersebut AXA Mandiri telah membukukan kinerja yang baik pada periode kuartal III/2019 diceritakan sedikit mengenai capaian perseroan?Pada kuartal III/2019, AXA Mandiri mencatatkan GWP gross written premium Rp6,9 triliun. Angka ini naik 6% bila dibandingkan dengan periode sebelumnya tahun lalu. Sementara aset AXA Mandiri juga tercatat sebesar lebih dari Rp30,2 triliun, naik 9% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dan RBC risk based capital tercatat 525,2% atau jauh di atas batas minimum yang ditentukan oleh OJK Otoritas Jasa Keuangan.Bagaimana dengan strategi pengembangan ke depan?Dengan nilai dana kelolaan lebih dari Rp20 triliun, kami terus mengembangkan beberapa strategi investasi baru pada produk saving. Pada tahun 2019 kami sempat meluncurkan produk asuransi unitlink yang dapat menjadi pilihan solusi proteksi yang secara komprehensif memberikan manfaat perlindungan jiwa, investasi optimal dengan pilihan yang beraneka ragam. Melalui produk ini kami membantu nasabah dalam melakukan diversifikasi investasi mereka melalui multimanager langkah atau strategi lainnya? Selain itu, kami juga terus melakukan edukasi dan literasi untuk meningkatkan tingkat literasi dan inklusi asuransi nasional. Hal ini juga diimbangi dengan terus meningkatkan kualitas SDM termasuk tenaga pemasar agar dapat membantu masyarakat di setiap tahap kehidupan mereka dalam mendapat perlindungan asuransi yang sesuai.fjo
PerbedaanIndustri Asuransi Dan Industri Lainnya. Perbedaan antara perusahaan dan industri Pengertian atau definisi Perusahaan ialah suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi barang atau jasa. Unsur yang ketiga ini meliputi antara lain : benda, beserta hak dan atau kepentingan yang melekat pada benda tersebut, hal yang terkait
Industri bisnis asuransi yang berjalan pada umumnya memiliki karakter yang sangat berbeda dengan industri-industri lainnya. Tidak ada objek berupa barang atau produk fisik yang mudah dilihat dengan mata. Bisnis asuransi adalah “bisnis janji” di mana manfaatnya baru bisa dinikmati atau diperoleh saat konsumen mengalami kerugian saat terjadi suatu musibah atau kecelakaan. Jika dalam jual beli produk fisik, tanggung jawab penjual atau produsen biasanya dibatasi setelah masa warranty berakhir tidak lebih dari 1 tahun, maka dalam asuransi, masa tanggung jawab atau liability perusahaan asuransi akan berjalan terus sejak polis dinyatakan aktif sampai dengan tanggal berakhirnya pertanggungan. Dalam dunia risk management, beberapa risiko yang dialami atau dihadapi secara operasional akan dialihkan transferred ke perusahaan asuransi. Sebagian risiko yang dihadapi mungkin akan ditahan sendiri sebagai own retention atau self insurance guna meminimalisir cost atau biaya asuransi. Nilai potensi kerugian yang terjadi dalam berbagai aktivitas bisnis sesungguhnya sulit untuk dikuantifikasi atau diukur. Risiko yang dialihkan ke perusahaan asuransi dan dikelola secara keseluruhan dalam entitas bisnis asuransi pada dasarnya hanya sebagian kecil dari potensi risiko yang sebenarnya. B anyak risiko-risiko yang tidak dapat diakomodir secara bisnis oleh entitas bisnis asuransi, seperti risiko politik, risiko kehilangan pasar atau market, risiko berkurangnya nilai barang karena tidak terjual, dan lain-lain. Perusahaan asuransi terbatas hanya menjamin risiko-risiko yang dapat diukur secara finansial nilai kerugiannya, seperti bangunan pabrik atau inventory yang rusak atau musnah karena kebakaran, dinding pembatas pabrik yang jebol karena terjangan banjir, atau struktur beton bangunan yang retak karena peristiwa gempa bumi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara spiritual, potensi riil risiko yang dialami manusia adalah sesuatu yang bersifat kecil saja dibandingkan dengan sisanya yang masih menjadi rahasia Allah SWT. Dalam pendekatan teologi, sesungguhnya bisnis asuransi adalah bisnis yang sejatinya memerlukan hubungan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT karena apa pun yang terjadi selama bukan unsur kesengajaan, semuanya mengikuti kehendak Allah atas dasar takdir dan kehendak-Nya. Sayangnya, di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam masih ditemui persepsi atau pandangan yang kurang tepat mengenai asuransi dimana sebagian kaum muslim di negeri ini menyatakan bahwa asuransi adalah “alat” untuk melawan takdir Allah SWT. Pandangan ini tentu saja perlu diluruskan bahwa kecelakaan atau kematian seseorang memang merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun dan kekuatan mana pun peristiwa ini termasuk kejadian yang tidak ditentukan oleh nidzom wujud namun berada diluar kekuasan manusia. Allah SWT berfirman “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal kematianmu” QS. Al-An’am ayat 2. Di ayat lainnya Allah SWT menyatakan, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” QS. An-Nisaa ayat 78. Atas dasar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak dapat lepas dari takdir Allah SWT maka dalam menjalankan bisnis asuransi yang berkaitan dengan aspek ini perlu diperkenalkan atau diintrodusir corporate value yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di bidang lain. Corporate value yang menjelma menjadi industry value perlu ditanamkan di kalangan insan perindustrian asuransi tanpa melihat dari mana perusahaan tersebut berasal. Industrial value yang mengakar dan tertanam kuat di kalangan industri asuransi akan mampu menyatukan dan menjiwai hubungan antar perusahaan sehingga secara kuantitas dan kualitas, nilai-nilai yang berlaku dapat menjadi semacam budaya perusahaan yang baku, diantaranya diperlukan corporate value yang mengedepankan aspek amanah dan kejujuran, profesional, dan kebersamaan. Jika nilai-nilai di atas terus dipupuk dan ditegakkan sesama pelaku industri asuransi, niscaya keberadaan industri ini akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, serta mampu menjadi pilar bagi keamanan ekonomi nasional. Page 2 Industri bisnis asuransi yang berjalan pada umumnya memiliki karakter yang sangat berbeda dengan industri-industri lainnya. Tidak ada objek berupa barang atau produk fisik yang mudah dilihat dengan mata. Bisnis asuransi adalah “bisnis janji” di mana manfaatnya baru bisa dinikmati atau diperoleh saat konsumen mengalami kerugian saat terjadi suatu musibah atau kecelakaan. Jika dalam jual beli produk fisik, tanggung jawab penjual atau produsen biasanya dibatasi setelah masa warranty berakhir tidak lebih dari 1 tahun, maka dalam asuransi, masa tanggung jawab atau liability perusahaan asuransi akan berjalan terus sejak polis dinyatakan aktif sampai dengan tanggal berakhirnya pertanggungan. Dalam dunia risk management, beberapa risiko yang dialami atau dihadapi secara operasional akan dialihkan transferred ke perusahaan asuransi. Sebagian risiko yang dihadapi mungkin akan ditahan sendiri sebagai own retention atau self insurance guna meminimalisir cost atau biaya asuransi. Nilai potensi kerugian yang terjadi dalam berbagai aktivitas bisnis sesungguhnya sulit untuk dikuantifikasi atau diukur. Risiko yang dialihkan ke perusahaan asuransi dan dikelola secara keseluruhan dalam entitas bisnis asuransi pada dasarnya hanya sebagian kecil dari potensi risiko yang sebenarnya. B anyak risiko-risiko yang tidak dapat diakomodir secara bisnis oleh entitas bisnis asuransi, seperti risiko politik, risiko kehilangan pasar atau market, risiko berkurangnya nilai barang karena tidak terjual, dan lain-lain. Perusahaan asuransi terbatas hanya menjamin risiko-risiko yang dapat diukur secara finansial nilai kerugiannya, seperti bangunan pabrik atau inventory yang rusak atau musnah karena kebakaran, dinding pembatas pabrik yang jebol karena terjangan banjir, atau struktur beton bangunan yang retak karena peristiwa gempa bumi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara spiritual, potensi riil risiko yang dialami manusia adalah sesuatu yang bersifat kecil saja dibandingkan dengan sisanya yang masih menjadi rahasia Allah SWT. Dalam pendekatan teologi, sesungguhnya bisnis asuransi adalah bisnis yang sejatinya memerlukan hubungan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT karena apa pun yang terjadi selama bukan unsur kesengajaan, semuanya mengikuti kehendak Allah atas dasar takdir dan kehendak-Nya. Sayangnya, di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam masih ditemui persepsi atau pandangan yang kurang tepat mengenai asuransi dimana sebagian kaum muslim di negeri ini menyatakan bahwa asuransi adalah “alat” untuk melawan takdir Allah SWT. Pandangan ini tentu saja perlu diluruskan bahwa kecelakaan atau kematian seseorang memang merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun dan kekuatan mana pun peristiwa ini termasuk kejadian yang tidak ditentukan oleh nidzom wujud namun berada diluar kekuasan manusia. Allah SWT berfirman “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal kematianmu” QS. Al-An’am ayat 2. Di ayat lainnya Allah SWT menyatakan, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” QS. An-Nisaa ayat 78. Atas dasar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak dapat lepas dari takdir Allah SWT maka dalam menjalankan bisnis asuransi yang berkaitan dengan aspek ini perlu diperkenalkan atau diintrodusir corporate value yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di bidang lain. Corporate value yang menjelma menjadi industry value perlu ditanamkan di kalangan insan perindustrian asuransi tanpa melihat dari mana perusahaan tersebut berasal. Industrial value yang mengakar dan tertanam kuat di kalangan industri asuransi akan mampu menyatukan dan menjiwai hubungan antar perusahaan sehingga secara kuantitas dan kualitas, nilai-nilai yang berlaku dapat menjadi semacam budaya perusahaan yang baku, diantaranya diperlukan corporate value yang mengedepankan aspek amanah dan kejujuran, profesional, dan kebersamaan. Jika nilai-nilai di atas terus dipupuk dan ditegakkan sesama pelaku industri asuransi, niscaya keberadaan industri ini akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, serta mampu menjadi pilar bagi keamanan ekonomi nasional. Lihat Bisnis Selengkapnya Page 3 Industri bisnis asuransi yang berjalan pada umumnya memiliki karakter yang sangat berbeda dengan industri-industri lainnya. Tidak ada objek berupa barang atau produk fisik yang mudah dilihat dengan mata. Bisnis asuransi adalah “bisnis janji” di mana manfaatnya baru bisa dinikmati atau diperoleh saat konsumen mengalami kerugian saat terjadi suatu musibah atau kecelakaan. Jika dalam jual beli produk fisik, tanggung jawab penjual atau produsen biasanya dibatasi setelah masa warranty berakhir tidak lebih dari 1 tahun, maka dalam asuransi, masa tanggung jawab atau liability perusahaan asuransi akan berjalan terus sejak polis dinyatakan aktif sampai dengan tanggal berakhirnya pertanggungan. Dalam dunia risk management, beberapa risiko yang dialami atau dihadapi secara operasional akan dialihkan transferred ke perusahaan asuransi. Sebagian risiko yang dihadapi mungkin akan ditahan sendiri sebagai own retention atau self insurance guna meminimalisir cost atau biaya asuransi. Nilai potensi kerugian yang terjadi dalam berbagai aktivitas bisnis sesungguhnya sulit untuk dikuantifikasi atau diukur. Risiko yang dialihkan ke perusahaan asuransi dan dikelola secara keseluruhan dalam entitas bisnis asuransi pada dasarnya hanya sebagian kecil dari potensi risiko yang sebenarnya. B anyak risiko-risiko yang tidak dapat diakomodir secara bisnis oleh entitas bisnis asuransi, seperti risiko politik, risiko kehilangan pasar atau market, risiko berkurangnya nilai barang karena tidak terjual, dan lain-lain. Perusahaan asuransi terbatas hanya menjamin risiko-risiko yang dapat diukur secara finansial nilai kerugiannya, seperti bangunan pabrik atau inventory yang rusak atau musnah karena kebakaran, dinding pembatas pabrik yang jebol karena terjangan banjir, atau struktur beton bangunan yang retak karena peristiwa gempa bumi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara spiritual, potensi riil risiko yang dialami manusia adalah sesuatu yang bersifat kecil saja dibandingkan dengan sisanya yang masih menjadi rahasia Allah SWT. Dalam pendekatan teologi, sesungguhnya bisnis asuransi adalah bisnis yang sejatinya memerlukan hubungan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT karena apa pun yang terjadi selama bukan unsur kesengajaan, semuanya mengikuti kehendak Allah atas dasar takdir dan kehendak-Nya. Sayangnya, di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam masih ditemui persepsi atau pandangan yang kurang tepat mengenai asuransi dimana sebagian kaum muslim di negeri ini menyatakan bahwa asuransi adalah “alat” untuk melawan takdir Allah SWT. Pandangan ini tentu saja perlu diluruskan bahwa kecelakaan atau kematian seseorang memang merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun dan kekuatan mana pun peristiwa ini termasuk kejadian yang tidak ditentukan oleh nidzom wujud namun berada diluar kekuasan manusia. Allah SWT berfirman “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal kematianmu” QS. Al-An’am ayat 2. Di ayat lainnya Allah SWT menyatakan, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” QS. An-Nisaa ayat 78. Atas dasar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak dapat lepas dari takdir Allah SWT maka dalam menjalankan bisnis asuransi yang berkaitan dengan aspek ini perlu diperkenalkan atau diintrodusir corporate value yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di bidang lain. Corporate value yang menjelma menjadi industry value perlu ditanamkan di kalangan insan perindustrian asuransi tanpa melihat dari mana perusahaan tersebut berasal. Industrial value yang mengakar dan tertanam kuat di kalangan industri asuransi akan mampu menyatukan dan menjiwai hubungan antar perusahaan sehingga secara kuantitas dan kualitas, nilai-nilai yang berlaku dapat menjadi semacam budaya perusahaan yang baku, diantaranya diperlukan corporate value yang mengedepankan aspek amanah dan kejujuran, profesional, dan kebersamaan. Jika nilai-nilai di atas terus dipupuk dan ditegakkan sesama pelaku industri asuransi, niscaya keberadaan industri ini akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, serta mampu menjadi pilar bagi keamanan ekonomi nasional. Lihat Bisnis Selengkapnya Page 4 Industri bisnis asuransi yang berjalan pada umumnya memiliki karakter yang sangat berbeda dengan industri-industri lainnya. Tidak ada objek berupa barang atau produk fisik yang mudah dilihat dengan mata. Bisnis asuransi adalah “bisnis janji” di mana manfaatnya baru bisa dinikmati atau diperoleh saat konsumen mengalami kerugian saat terjadi suatu musibah atau kecelakaan. Jika dalam jual beli produk fisik, tanggung jawab penjual atau produsen biasanya dibatasi setelah masa warranty berakhir tidak lebih dari 1 tahun, maka dalam asuransi, masa tanggung jawab atau liability perusahaan asuransi akan berjalan terus sejak polis dinyatakan aktif sampai dengan tanggal berakhirnya pertanggungan. Dalam dunia risk management, beberapa risiko yang dialami atau dihadapi secara operasional akan dialihkan transferred ke perusahaan asuransi. Sebagian risiko yang dihadapi mungkin akan ditahan sendiri sebagai own retention atau self insurance guna meminimalisir cost atau biaya asuransi. Nilai potensi kerugian yang terjadi dalam berbagai aktivitas bisnis sesungguhnya sulit untuk dikuantifikasi atau diukur. Risiko yang dialihkan ke perusahaan asuransi dan dikelola secara keseluruhan dalam entitas bisnis asuransi pada dasarnya hanya sebagian kecil dari potensi risiko yang sebenarnya. B anyak risiko-risiko yang tidak dapat diakomodir secara bisnis oleh entitas bisnis asuransi, seperti risiko politik, risiko kehilangan pasar atau market, risiko berkurangnya nilai barang karena tidak terjual, dan lain-lain. Perusahaan asuransi terbatas hanya menjamin risiko-risiko yang dapat diukur secara finansial nilai kerugiannya, seperti bangunan pabrik atau inventory yang rusak atau musnah karena kebakaran, dinding pembatas pabrik yang jebol karena terjangan banjir, atau struktur beton bangunan yang retak karena peristiwa gempa bumi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara spiritual, potensi riil risiko yang dialami manusia adalah sesuatu yang bersifat kecil saja dibandingkan dengan sisanya yang masih menjadi rahasia Allah SWT. Dalam pendekatan teologi, sesungguhnya bisnis asuransi adalah bisnis yang sejatinya memerlukan hubungan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT karena apa pun yang terjadi selama bukan unsur kesengajaan, semuanya mengikuti kehendak Allah atas dasar takdir dan kehendak-Nya. Sayangnya, di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam masih ditemui persepsi atau pandangan yang kurang tepat mengenai asuransi dimana sebagian kaum muslim di negeri ini menyatakan bahwa asuransi adalah “alat” untuk melawan takdir Allah SWT. Pandangan ini tentu saja perlu diluruskan bahwa kecelakaan atau kematian seseorang memang merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun dan kekuatan mana pun peristiwa ini termasuk kejadian yang tidak ditentukan oleh nidzom wujud namun berada diluar kekuasan manusia. Allah SWT berfirman “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal kematianmu” QS. Al-An’am ayat 2. Di ayat lainnya Allah SWT menyatakan, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” QS. An-Nisaa ayat 78. Atas dasar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak dapat lepas dari takdir Allah SWT maka dalam menjalankan bisnis asuransi yang berkaitan dengan aspek ini perlu diperkenalkan atau diintrodusir corporate value yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di bidang lain. Corporate value yang menjelma menjadi industry value perlu ditanamkan di kalangan insan perindustrian asuransi tanpa melihat dari mana perusahaan tersebut berasal. Industrial value yang mengakar dan tertanam kuat di kalangan industri asuransi akan mampu menyatukan dan menjiwai hubungan antar perusahaan sehingga secara kuantitas dan kualitas, nilai-nilai yang berlaku dapat menjadi semacam budaya perusahaan yang baku, diantaranya diperlukan corporate value yang mengedepankan aspek amanah dan kejujuran, profesional, dan kebersamaan. Jika nilai-nilai di atas terus dipupuk dan ditegakkan sesama pelaku industri asuransi, niscaya keberadaan industri ini akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, serta mampu menjadi pilar bagi keamanan ekonomi nasional. Lihat Bisnis Selengkapnya
Industriasuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Salah satu yang membedakan adalah dalam ham menentukan tarif. Pada saat menentukan tarif, sebaiknya harus memperhatikan beberapa faktor-faktor agar diperoleh tarif ideal. a. Jelaskan perbedaan tersebut.
Was this document helpful?Leave a comment or say thanksNama Mahasiswa RiadiNim Mahasiwa 041932957Tugas 2 / ADBI4211Soal 1. Asuransi dapat mengcover risiko-risiko yang akan dihadapi. Asuransi dapat mengcover risiko-risiko yang akan dihadapi. Jelaskan risiko-risiko yang dapat dicover oleh asuransi dan Identifikasi dan jelaskan risiko yang tidak dapat dicover asuransi dan berikan contohnya3. Industri asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Salah satu yangmembedakan adalah dalam hal menentukan tarif. Pada saat menentukan tarif, sebaiknya harusmemperhatikan beberapa faktor-faktor agar diperoleh tarif Jelaskan perbedaan Jelaskan unsur-unsur apa saja agar dapat menetapkan tarif yang Perusahaan asuransi memiliki kriteria-kriteria penting yang menjadi dasar apakah sesuatu bisadiasuransikan atau tidak. Kriteria-kriteria resiko tersebut sebagai berikut 1. Kerugian terjadi secara kebetulanSesuatu hal baru dapat diasuransikan apabila memiliki unsur kebetulan. Artinya, kerugiantersebut disebabkan oleh kejadian yang tidak diperkirakan sebelumnya atau tidak disengaja.
. 118 16 432 441 422 492 471 407
industri asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya